Kantor Sekretariat Tidak Ada Dikeluhkan Ketua LMA


Robert/Radar Merauke
Ketua LMA Merauke

MERAUKE- Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Merauke, Ignasius Ndiken mengeluhkan keberadaan lembaga adat tersebut yang hingga saat ini belum memiliki kantor secretariat untuk memberikan pelayanan.
“Sejak dibentuk beberapa tahun lalu, keberadaan lembaga adat ini belum memiliki kantor pelayanan sendiri,” kata Ignasius Ndiken ketika ditemui Radar Merauke dikediamannya, Minggu (16/4) kemarin.
Dikatakan, hendaknya sebagai lembaga yang memiliki pengaruh besar terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat adat di Kabupaten Merauke sangat diperlukan hadirnya sebuah rumah atau  kantor sekretariat. Sehingga dengan kepemilikan  kantor yang sah maka masyarakat tidak lagi sungkan dan takut untuk berdialog dan saling tukar pendapat, khususnya dalam hal penanganan masalah adat.
“LMA tidak punya uang untuk bangun kantor khusus, kami sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah jika memang pemerintah menganggap kehadiran lembaga ini penting,” tandasnya.
Menurutnya, sejauh ini pelayanan terhadap masyarakat adat dilayani dirumahnya. Hal ini menyebabkan kehadiran LMA ditengah masyarakat masih dinilai kurang optimal.  Dengan kondisi seperti ini diakuinya cukup sulit untuk mengetahui semua persoalan dan perkembangan yang terjadi dilingkup masyarakat adat Merauke.
“Selama ini masih menggunakan rumah saya untuk melayani masyarakat adat dikabupaten ini. Kondisi ini sangat menyulitkan kami dalam melayani masyarakat adat dikabupaten ini,” ungkapnya.
Diharapkan, agar pemerintah daerah Kabupaten Merauke bisa melihat kondisi ini sebagai persoalan bersama serta segera mungkin untuk mendirikan kantor LMA yang sebenarnya.
“Kami masih menuggu sejauh mana perhatian pemerintah terhadap kondisi seperti ini, apakah pemerintah masih mau menjadi penonton atau bagaimana, kami selaku pengurus LMA masih melihat ini,” tutupnya.(roy/nik)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Bahasa Lokal di Merauke Terancam Punah

Pemkab dan Adat Turun ke Kampung Nasem

Letkol Heri Krisdianto: Proxiwor Musuh Bersama