Pelaksanaan UNBK Dinilai Kurang Maksimal


MERAUKE- Pelaksanaan  Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dinilai oleh Kepala SMA Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Merauke Suleman Jambormias, S.Pd, M.Pd, kurang maksimal dan terkesan dipaksakan.
   ‘’Saya melihat bahwa UNBK yang dilaksanakan ini kurang maksimak dan terkesan dipaksakan. Mengapa, karena proses pembelajarannya bagi anak tidak ada. Seharusnya  anak-anak  kita ini dari kelas X sudah terlatih dengan sistem seperti ini. Bukan nanti mau ujian nasional baru diterapkan,’’ kata Suleman Jambormias, kepada wartawan disela-sela memantau pelaksanaan UNBK hari terakhir bagi anak dididiknya, Sabtu (14/4).
        Diketahui, SMA YPK  yang mengikuti UNBK tersebut harus meminjam laboratorium komputer milik SMK Santo Antonius Merauke.
  Menurut Suleman Jambormias, proses pembelajaran tidak ada. Padahal menurut dia, orang belajar dulu baru diuji. Sementara yang dihadapi anak-anak sekarang tidak.
‘’Tapi saya berharap kalau memang tahun depan, kalau sistem  ini masih digunakan maka tahun ini pemerintah harus menyediakan sarana prasarana lengkap sehingga anak-anak kita dari awal belajar dan dilatih menggunakan  sistem ini,’’ kata Wakil  Ketua PGRI Kabupaten Merauke ini.
        Suleman mengungkapkan, bahwa dirinya sebenarnya sempat mengaku akan melaksanakan UBK di sekolah sendiri.  Namun hal itu  tidak dapat terealisasi dikarenakan untuk melengkapi perangkat komputer,  listrik dan jaringan internet membutuhkan dana sekitar Rp 175 juta.
‘’Nah, kami ambil uang sebesar itu dari mana. Sehingga  kami terpaksa meminjam Laboratorium Komputer dari SMK Santo Antonius,’’ jelasnya.
      Dikatakan lebh lanjut bahwa  jika perangkat komputer tersebut telah disiapkan pemerintah baik pemerintah  pusat atau daerah maka kedepan bukan hanya untuk UNBK tapi kalau perlu ujian sekolah maupun semester menggunakan komputer berbasis online.  Sehingga ketika akan masuk UNBK, anak-anak   suah terbiasa.

‘’Beruntung  saja bahwa UNBK yang dilaksanakan ini bukan penentuan kelulusan. Ini hanya melihat standar kemampuan  siswa dan daerah itu sejauh mana. Tapi harapan saya  bahwa ini bagus  dalam rangka anak menguasai ITE. Hanya saja,  harus di barengi dengan kesiapan  sarana prasaranya di sekolah masing-masing,’’ pungkasnya.  (ulo)  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Bahasa Lokal di Merauke Terancam Punah

Pemkab dan Adat Turun ke Kampung Nasem

Letkol Heri Krisdianto: Proxiwor Musuh Bersama