Sehari Sekitar 700 Kg Sampah Bisa Dihasilkan


Robert/ Radar Merauke
Syamsuri saat memilah sampah plastik untuk dipisahkan menurut jenisnya, Kamis (6/4) kemarin.

Bincang-Bincang dengan Pengepul sampah, Syamsuri

SAMPAH bagi kebanyakan orang merupakan hal yang sangat menjijikan, dari namanya saja orang pasti langsung berpikir tentang hal yang jorok, bau dan tentunya juga sangat membahayakan bagi kesehatan manusia itu sendiri. Namun ditangan Syamsuri sampah diubah menjadi pundi-pundi rupiah yang menguntungka. Bagaimana ceritanya?.
Laporan : Robert Mboik-Merauke

Hampir tidak ada waktu  untuk beristirahat bagi pria kepala empat ini. Kesehariannya selalu disibukkan dengan profesinya sebagai pengepul sampah. Semua jenis sampah berbahan plastik dan besi  dikumpulnya, mulai dari botol minuman, kaleng, sepeda bekas, kulkas bekas, mesin cuci rusak hingga yang paling sederhana tutupan minuman botol galon. Semua ditumpukkan di depan halaman rumahnya yang berukuran sekitar 6x5 meter itu.
“ Ini nanti akan dibawa ke Wasur untuk digiling kembali menjadi lebih halus sebelum dikirim,” kata Syamsuri kepada Radar Merauke sambil menujukan mesin giling sampah plastik tua miliknya yang berada di sala satu pojok rumahnya, Kamis (6/4) di Lampu Satu.
Dikatakan, dari ketekunanannya menjalani profesi sebagai pengepul sampah ini, Syamsuri telah memperkerjakan lebih dari 20 orang karyawan. Dan sebagian besar dari karyawannya ini adalah masyarakat lokal yang tidak memiliki keahlian khusus. Penasaran dengan cara kerja para pengepul sampah ini, koran ini sempat meminta untuk dapat menemui langsung bagaimana aktifitas mereka. Namun sayangnya ketika itu mereka sedang bergerilia  mengais sampah disekitar wilayah Kota Merauke.
“Kalau mau liat mereka semestinya harus pagi sekali, sebab kalau siang begini mereka sudah pergi, nanti jelang malam baru mereka kembali untuk menimbang hasilnya,” katanya.
Dijelaskan, dalam sehari dari tangan para pekerja itu bisa menghasilkan sampah sekitar 700 kilo gram lebih. Uniknya, dari sampah-sampah yang terkumpul itu,  ada juga yang bisa diperbaiki dan dijual kembali dengan harga yang cukup menjajikan.
“Ada yang bawa alat elektronik yang sudah rusak nanti coba kami perbaiki dan hasilnya bisa dijual kembali,” tuturnya.
Dikisahkan, awal mula usaha ini digelutinya sejak enam tahun lalu, ketika dirinya melihat begitu banyak sampah-sampah plastik yang dihasilkan oleh masyarakat Merauke. Menurutnya, apabila sampah-sampah tersebut tidak didaur kembali, maka yang terjadi adalah pencemaran lingkungan. Sebab dikatakan, sampah dari bahan plastik dan besi cukup sulit untuk dilarutkan dalam waktu yang relative singkat. Dengan alasan itulah maka Syamsuri menanggalkan profesi lamanya sebagai tukang bengkel.
Selama enam tahun bergelut dengan profesi pengepul sampah itu ada sekitar puluhan ribu ton sampah yang sudah di daur kembali. Dikatakan, dalam sebulan saja sampah-sampah tersebut dikirim ke Surabaya sekitar 20 ton bahkan adakalanya lebih.
“Total saja kalau pengiriman sudah dilakukan selama enam tahun,” terangnya.
Menurutnya, kendala yang berat yang dihadapi saat ini adalah biaya angkutan  pendistribusian hasil olahan sementara ini ke Surabaya. Sehingga dengan biaya yang cukup mahal ini kadang pengirimanya harus tertunda.

“sekarang biaya satu kontainer saja 12 juta rupiah untuk sampai Surabaya,” terangnya.(*/nik)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Bahasa Lokal di Merauke Terancam Punah

Pemkab dan Adat Turun ke Kampung Nasem

Letkol Heri Krisdianto: Proxiwor Musuh Bersama