Tangani Kombai dan Korowai, Harus Ada Kebijakan Khusus
MERAUKE- Direktur Silva Papua Lestari Kristian Arin,
S.Hut, mengungkapkan, untuk
menangani masalah kesehatan di Kombai
dan Korowai di Distrik Yanirumah, Kabupaten
Boven Digoel harus ada kebijakan
khusus yang diberikan pemerintah bagi para tenaga medis yang bertugas di wilayah tersebut.
‘’Bagi
saya, harus ada kebijakan khusus. Bukan dengan datang melakukan pengobatan sehari setelah itu kemudian ditinggalkan berbulan-bulan,’’ kata Kristian Ari, ditemui Radar Merauke,
Jumat (21/4). Hal ini disampaikan Kristian Ari terkait
rencana Tim Kesehatan dari Pemerintah
Provinsi Papua yang akan turun ke
wilayah tersebut sehubungan dengan adanya aksi demo damai yang dilakukan oleh sekelompok warga beberapa
waktu lalu di Jayapura.
Terkait
dengan aksi demo damai yang dilakukan
tersebut, Kristian Ari yang sejak tahun
2010 lalu berkecimpung di daerah Korowai dan Kombai dalam mendampingi
masyarakat Adat mengaku belum mengetahui
secara pasti apa yang dituntut dari sekolompok masyarakat terkait masalah kesehatan di Korowai
tersebut. ‘’Sebenarnya yang diperjuangkan dari kawan-kawan yang melakukan aksi
demo damai di provinsi itu yang merea tuntut apakah layanan atau apa. Sebab,
kampanye mereka darurat kesehatan. Nah, darurat
kesehatan ini apa. Apakah ada temuan misalnya wabah atau serangan
penyakit luar biasa. Ini yang kami masih bigung,’’ kata Kristian Ari.
Dikatakan,
selama ini yang diketahui adalah layanan
kesehatan ke masyarakat yang masih sangat terbatas akibat petugas medis yang
ada tidak didukung dengan sarana transportasi yang memadai maupun anggaran yang
cukup.
‘’Tapi
khusus di Kabupaten Boven Digoel kalau kita lihat memang sudah ada
petugas. Tapi, pola pelayanannya adalah
puskesmas dimana masyarakat yang harus berkunjung ke puskesmas. Tapi masyarakat kita yang akan berkunjung ke pusat layanan kesehatan itu terbatas karena masalah transportasi dan
geografis yang sangat sulit,’’ terangnya. Menurut Kristian Ari, dengan masalah transportasi dan geografis
yang sulit membuat tenaga medis sulit
menjangkau masyarakat yang ada di daerah
terisolir. ‘’Selain tidak
didukung dengan sarana transportasi yang memadai juga karena tidak didukung dengan anggaran untuk mencapai
kampung-kampung yang sulit tersebut,’’ kata dia.
Dikatakan,
langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah
baik provinsi maupun pemerintah
Kabupaten dalam penanganan kesehatan di Kombai dan Korowai tersebut adalah
memberikan kebijakan khusus.
Kebijakan
khusus disini adalah, tenaga medis yang ditempatkan di daerah tersulit seperti Kombai dan Korowai tersebut selain diberikan insentif yang
memadai, juga dilengkapi dengan sarana
transportasi yang memadai pula.
‘’Itu harus dilakukan agar petugas kesehatan yang ditempatkan di sana bisa beta
tinggal ditempat tugas. Selain itu, dalam
melakukan pelayanan, mereka
didukung dengan sasaran transportasi yang memadai. Bayangkan, hanya
dengan gaji Rp 3,5 juta misalnya, kemudian mau melakukan
pelayanan ke kampung-kampung yang
sangat sulit tanpa alat transportasi. Gaji mereka saja tidak cukup untuk
membayar biaya transportasi,’’
terangnya.
Dikatakan,
selama ini penyakit-penyakit yang masih
endemis di Kombai dan Korowai
tersebut adalah malaria, kaki gajah dan
hernia. Termasuk yang diderita masyarakat adalah penyakit kulit. ‘’Sejumlah
penyakit itu yang masih cukup endemis di
sana. Teman-teman dari Silva Papua
Lestari kalau ke kampung-kampung melakukan pengobatan, pulang itu pasti kena malaria,’’ tandasnya.
Ditambahkan,
jika tim yang akan ke Kombai dan
Korowai hanya untuk datang sehari
melakukan pengobatan tidak akan
menyelesaikan persoalan kesehatan yang
ada d Kombai dan Korowai tersebut. ‘’Tapi harus
ada kebijakan khusus dalam menangani masalah kesehatan di sana. Kalau
tidak ada kebijakan khusus
seperti yang saya sebutkan tadi itu agak
sulit,’’ tambahnya. (ulo)
Komentar
Posting Komentar