Anak Pecandu Aibon Harus Ditangani Secara Bersama

Sulo/Radar Merauke
Ana S.H. Mahuze, S.Ked

MERAUKE- Penanganan anak-anak yang menghirup lem aibon atau bensin yang lebih kenal di tengah masyarakat saat ini sebagai  anak-anak aibon  tidak bisa lagi ditangani secara sendiri-sendiri namun  harus dilakukan secara bersama.
‘’Kami melihat bahwa   upaya-upaya penanganan yang dilakukan lintas sektoral selama ini masih berjalan sendiri-sendiri. Kami berpikir kita  harus bergendengan tangan  dari semua lintas sektoral. Kita semua harus bertangung jawab menangani masalah anak-anak aibon,’’ kata Ketua Komisi Kesehatan Keuskupan Agung Merauje Ana S.H. Mahuze, S.Ked, ditemui Radar Merauke di Kantor DPRD Kabupaten Merauke, Rabu (17/5).
Ana menyebut, jika anak-anak tidak ditangani mulai sekarang maka  10-20 tahun mendatang anak ini akan tumbuh menjadi dewasa dengan segudang pikiran-pikiran negative. Yang  ana kata dia, tidak hanya merugikan keluarganya sendiri tapi juga masyarakat Kabupaten Merauke. ‘’Karena itu, kami melihat  betapa pentingnya anak-anak ini harus ditangani segera mungkin secara bersama,’’ jelasnya.
Dikatakan, berbagai faktor penyebab  anak-anak ini terjun sebagai pengisap lem Aibon. Seperti  karena masalah ekonomi keluarga. Selain itu, ibu dan bapaknya belum menikah secara sah  atau ayahnya menikah lagi sehingga ibunya yang menjadi tumpan keluarga. Lalu pendidikan keluarga yang  masih rendah. 
‘’Sebenarnya anak-anak ini menjadi korban. Karena  sebagian mereka dipergunakan oleh orang tuanya untuk mencari uang,’’ tandasnya.  
Karena   itu , dalam rangka  Hari Anti Tembakau pada 31 Mei mendatang, lanjut Ana, pihaknya akan menggelar kegiatan sehari terkait penanganan anak-anak Aibon  tersebut.

‘’Karena  anak-anak Aibon ini juga masuk kelompok Nafsah,’’ katanya. Ketua  DPRD Merauke, lanjut dia, menyambut baik    kegiatan yang akan digelar pihaknya  tersebut. ‘’Kami baru ketemu  pak Ketua DPRD Merauke dan beliau sangat mendukung  kegiatan ini,’’ pungkasnya. (ulo)   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Bahasa Lokal di Merauke Terancam Punah

Pemkab dan Adat Turun ke Kampung Nasem

Letkol Heri Krisdianto: Proxiwor Musuh Bersama