Keberagaman Harus Dijadikan Sebagai Kekayaan


Robert/ Radar Merauke
Siswa siswi Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik Santu Yohanes Don Bosco Budi Mulia  saat apel bersama di halaman sekolah, dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional.

MERAUKE- Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)  yang diperingati setiap dua Mei, maka  Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Santo Yohanes Don Bosco Budi Mulia  menyajikan sesuatu yang berbeda dengan menggelar beberapa kegiatan. Dimulai dengan upacara bendera, lomba baca puisi hingga lomba menyanyi. Uniknya semua siswa dan guru mengenakan pakaian dengan motif daerah masing-masing.
Kepala sekolah YPPK Santo Don Bosco Budi Mulia, Suster Paula yang ditemui wartawan disela-sela kegiatannya, Selasa (2/5) mengatakan, pihak sekolah telah menyepakati bersama sebelumnya, agar pada waktu hari peringatan Hardiknas, semua warga sekolah harus mengenakan  pakaian sesuai motif daerah masing-masing.
Ini bertujuan agar diantara warga sekolah dapat memupuk tali persaudaraan dengan siapa saja tanpa melihat perbedaan baik ras, suku, agama serta golongan.
“Dari sana akan nampak kita semua memang sangat berbeda. Kita memang Indonesia itu kaya. Maka perbedaan itu hendaklah dilihat sebagai sebuah kekayaan bangsa,” kata suster berdarah Batak itu.
Dijelaskan, jumlah siswa disekolah tersebut mencapai 400-an siswa. Mereka terdiri dari beragam suku, ras dan golongan. Diharapkan, melalui kegiatan yang bernuansa  budaya ini para peserta didik dapat menilai dan mengetahui betapa besar keberagaman yang  telah terjalin di yayasan itu.
Dirinya berharap, para peserta didik yang ada dapat memaknai setiap perbedaan yang telah terjalin dengan tidak saling mengelompokan satu dengan yang lainnya. Sehingga kebiasaan itu akan tetap tumbuh dan terus berkembang dalam jati diri mereka hingga dewasa nanti.
“Kami akan terus menghadirkan moment seperti ini kedepan, sehingga peserta didik ini terus terpacu untuk melakukan hal-hal yang baik untuk dirinya dan bangsa ini ke depan,” pungkasnya. (roy/ulo)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Bahasa Lokal di Merauke Terancam Punah

Pemkab dan Adat Turun ke Kampung Nasem

Letkol Heri Krisdianto: Proxiwor Musuh Bersama