Musim Kemarau, Warga Diminta Tidak Bakar Lahan


Libert/Radar Merauke
Prakirawan cuaca stasiun meteorologi Mopah, Yunita saat menjelaskan perubahan cuaca yang saat ini terjadi di Kota Merauke, Selasa (9/5).

MERAUKE-Terkait dengan perubahan musim dari penghujan ke kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Merauke mengimbau masyarakat agar dalam membuka lahan baru tidak dengan cara dibakar.
“Itu imbauan kami untuk masyarakat khususnya mereka yang kerap membuka lahan baru dengan cara membakar semak-semak untuk menurunkan intensitasnya. Ini dikuatirkan akan memicu terjadinya kebakaran hutan,” kata kepala Stasiun Mopah Merauke, Rio Marthadi,S.Si melalui prakirawan cuaca, Yunita saat ditemui koran ini, Selasa (9/5).
Dikatakan, telah bergantinya musim penghujan ke kemarau secara otomatis merubah suhu di Kabupaten Merauke. Dimana pada siang hari suhu mencapai 34 derajat celcius dan untuk malam hari 24 derajat celcius.
“Potensi adanya hotspot (titik api) kemungkinan besar, karena suhunya yang panas dan itu terpengaruh dengan kebiasan masyarakat yang suka membakar sampah. Dan itu bisa mempercepat timbulnya titik api,” ujar Yulianti.
Dijelaskan, musim kemarau yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh Monsun Australia atau arah angin yang kebanyakan bertiup dari arah timur dan sifatnya cenderung lebih kering ketimbang biasanya.
“Dan hal ini bisa mengakibatkan suhunya bisa meningkatdan kelembabannya menurun, kemudian intensitas curah hujan menurun daripada biasanya,” ungkap Yunita.

Yunita menambahkan, untuk musim kemarau di Kabupaten Merauke akan berlangsung selama enam bulan (Mei-November). “Itu waktu normalnya atau yang biasa terjadi untuk Kabupaten Merauke,” pungkasnya.(nik)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Bahasa Lokal di Merauke Terancam Punah

Pemkab dan Adat Turun ke Kampung Nasem

Letkol Heri Krisdianto: Proxiwor Musuh Bersama