Pemerintah Diminta Perhatikan Nelayan Lokal

Robert/Radar Merauke
Seorang nelayan lokal yang tinggal di Kampung Buti sedang memperbaiki pukat yang rusak, Rabu (24/5).

MERAUKE- Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Merauke sangat melimpah dan tak bisa dipungkiri. Namun apalah artinya kalau potensi yang melimpah tidak didukung dengan peralatan sarana dan prasarana yang memadai bagi para nelayan. Sehingga hasil alam yang melimpah tersebut belum secara optimal dirasakan oleh para nelayan khususnya yang berada di daerah Buti.
Edmundus Patu Gebze salah seorang nelayan lokal mengaku, selama ini pemerintah daerah belum memberikan perhatian kepada mereka terkait dengan profesinya sebagai nelayan. Hal itu menurutnya, dirasakan oleh hampir seluruh nelayan lokal yang tinggal di Buti maupun Lampu Satu. Sehingga dengan ketersedian alat tangkap yang seadanya ini mereka tidak dapat mengimbangi nelayan-nelayan lain dari luar Papua apalagi memenuhi kebutuhan keseharian hidup mereka.
selama ini hanya nelayan-nelayan yang berasal dari luar papua saja yang mendapatkan bantuan dari pemda. Kami ini kalah hasil dari mereka, karena kami tidak punya perahu. Kalau mereka bisa cari sampai ke tengah laut dengan perahu, tapi kami hanya bisa cari ikan di pinggir pantai,” ungkapnya kepada wartawan ketika ditemui disekitar kediamannya, Rabu (24/5.
Dikatakan, akibat keterbatsaan ini telah mempengaruhi hasil tangkapan mereka. Sehari para nelayan lokal  ini hanya mampu menghasilkan tangkapannya sekitar 5-6 kilo gram. Sementara para nelayan yang berasal dari luar Papua yang notabane memiliki peralatan yang lebih lengkap dan moderen mampu mengumpulkan hasil tangkapan mencapai 20-50 kg.
 “Itu tadi, mereka bisa dapat hasil banyak karena mereka punya perahu. Kalau punya perahu mereka bisa jalan sampai di tengah laut untuk cari ikan. Sehingga ikan yang mereka hasilkan lebih. Kami jual hasil kami ke pemborong, 1 kilo harganya Rp 20 ribu kalau ikan. Kalau udang Rp 50 ribu per kilo. Kalau nelayan non lokal mereka bisa dapat sampai 200 tusuk ikan dan 1 tusuk mereka jual Rp 50-70 ribu per kilo. Ya kami cuma berharap kami nelayan lokal ini juga bisa dapat perhatian dari pemerintah,” ujarnya. .
Menurutnya, salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah adalah setiap nelayan harus gabung atau ikut anggota koperasi. Sementara untuk nelayan lokal itu belum ada satupun koperasi khusus, sehingga secara tidak langsung mereka tidak bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Kalau biasanya harus ada koperasi baru bisa dapat bantuan, tapi sekarang ini memang tidak ada koperasi dan kalau kami juga mau bentuk. Kami tidak mengerti soal koperasi. Kami harap bisa ada pendampingan juga dari pemerintah untuk kami bentuk satu koperasi nelayan lokal, sehingga kami juga bisa terima bantuan dan kami juga bisa bersaing dengan nelayan pendatang,” harapnya.
Hal senada juga disamapaikan Paskalis Kalesa Basi-Basik seorang nelayan lokal yang tinggal di Lampu satu. Dikatakan, akibat keterbatasaan peralatan tangkap ikan yang dimiliki sangat mempengaruhi hasil tangkapannya. Selama ini pengasilannya hanya sanggup untuk penuhi kebutuhan sehari-hari.  .
 “kami berharap, kalau kami harus miliki koperasi maka dari dinas juga harus damping kami,” pungkasnya.(roy/nik)






Hingga saat ini nelayan lokal yang tinggal di wilayah Buti dan Lampu Satu, Kelurahan Samkai belum mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah Kabupaten Merauke. Para nelayan local ini ini, belum memiliki perahu, pukat yang layak ataupun fasilitas penunjang lainnya yang dibutuhkan dalam mengoptimalkan profesi mereka.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Bahasa Lokal di Merauke Terancam Punah

Pemkab dan Adat Turun ke Kampung Nasem

Letkol Heri Krisdianto: Proxiwor Musuh Bersama